Selasa, 13 Maret 2012

Karya Tulis Ilmiah


“PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM DAN LIMBAH SERBUK KAYU
DENGAN PENAMBAHAN SERAT ECENG GONDOK
SEBAGAI MATERIAL KOMPOSIT DALAM PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL”




KOMPETISI KARYA TULIS KREATIF
TEMA :
DAUR ULANG LIMBAH ANORGANIK



Diusulkan oleh :
YENI RAINI, S.Pd


KOMPETISI KARYA TULIS KREATIF
PORSENI
2011
KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Styrofoam dan Limbah Serbuk Kayu Dengan Penambahan Serat Eceng Gondok Sebagai Material Komposit Dalam Pembuatan Papan Partikel” ini dapat diselesaikan.

Judul tersebut dipilih, karena penulis prihatin melihat limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu di lingkungan sekitar umumnya dibuang begitu saja. Hal ini memacu penulis untuk mencoba mengungkapkan ide-ide baru dalam pengelolahan limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bisa bernilai ekonomi dengan aspek terpenting yakni mengurangi pencemaran lingkungan secara signifikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyusunan karya tulis ini. Karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan dari berbagai segi. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya terutama bagi masyarakat Indonesia.


Palembang , 20 November 2011










PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM DAN LIMBAH SERBUK KAYU
DENGAN PENAMBAHAN SERAT ECENG GONDOK
SEBAGAI MATERIAL KOMPOSIT DALAM PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL

Abstrak
Limbah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak karena adanya limbah yang tidak dikelola dengan benar dan baik akan berakibat langsung terhadap kehidupan mahluk hidup yang ada di bumi ini. Sebagai buktinya, di kota-kota besar limbah masih menjadi permasalahan yang seakan tidak ada solusinya.
Sebagai contoh limbah perkotaan yang susah dicari solusinya adalah limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu. Limbah Styrofoam merupakan jenis  limbah anorganik yang berasal dari benda mati dan tidak dapat diurai oleh alam.  Jika  dibakar asap yang dihasilkan oleh pembakaran styrofoam bisa berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan.
Berangkat dari hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mencari solusi tepat, bukan hanya mengurangi penggunaan limbah Styrofoam, tetapi juga pengolahan limbah serbuk kayu yang kurang didayagunakan dan biasanya hanya dibuang sehingga kurang bermanfaat serta kurang mempunyai nilai jual. Inovasi yang diajukan dalam karya tulis ini mempunyai fungsi di antaranya membuat triplek dan papan partikel dengan kualitas yang baik. Papan partikel ini termasuk komposit yang terbuat dari Styrofoam dan serbuk kayu sebagai matriks dengan penambahan serat eceng gondok sebagai filler. Adanya penambahan serat eceng gondok ke dalam matriks bertujuan meningkatkan sifat fisik dan sifat mekanik.

Keywords : limbah Styrofoam, komposit, serbuk kayu, eceng gondok









DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
ABSTRAK..................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... vi

I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................. 7
1.2  Rumusan Masalah........................................................................................... 8
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................................ 8
1.4  Manfaat Penulisan........................................................................................... 8

II.      TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Potensi Sampah Anorganik di Perkotaan................................................. 9
2.2  Mengenal Styrofoam....................................................................................... 9
2.3  Bahaya Penggunaan Styrofoam................................................................ 10
2.4  Potensi Limbah Serbuk Kayu..................................................................... 11
2.5  Mengenal Matriks........................................................................................... 12
2.6  Material Komposit.......................................................................................... 13
2.7  Serat Eceng Gondok Sebagai Penguat.................................................... 15
2.8  Pengertian Papan Partikel........................................................................... 15

III.    METODE PENDEKATAN
3.1  Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Partikel.................................. 18
3.1.1     Alat-Alat................................................................................................. 18
3.1.2     Bahan-Bahan...................................................................................... 19
3.1.3     Prinsip Pengempaan......................................................................... 19
3.2  Prosedur Pembuatan Papan Partikel........................................................ 20
3.3  Diagram Alir..................................................................................................... 22



IV.   PEMBAHASAN
4.1 Uji Komposit.................................................................................................... 23
4.1.1 Uji Kadar Air........................................................................................... 23
4.1.2 Uji Kerapatan......................................................................................... 24
4.1.3 Uji Keteguhan Patah (MOR)............................................................... 24
4.1.4 Uji Kuat Lentur (MOE)......................................................................... 25
4.1.5 Uji Kuat Pegang Sekrup..................................................................... 26
4.1.6 Uji Pengembangan Tebal.................................................................. 26
4.1.7 Pengujian Kuat Tekan........................................................................ 27

V.     PENUTUP
4.1  Kesimpulan...................................................................................................... 28
4.2  Saran................................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 29
BIODATA PENULIS................................................................................................... 30



















DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sampah Styrofoam................................................................................. 8
Gambar 2. Limbah Serbuk Kayu............................................................................ 10
Gambar 3 . Eceng Gondok dan Serat Eceng Gondok...................................... 14
Gambar 4. Papan Partikel......................................................................................... 15
Gambar 5. Alat Unit Injeksi....................................................................................... 17
Gambar 6. Digram Alir Prosedur Pembuatan Papan Partikel......................... 21



























I.          PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kependuduknya yang padat di dunia. Setiap tahunnya pertambahan penduduk berkisar sekitar 2.5% sampai 4%. Bertambahnya  jumlah penduduk menyebabkan peningkatan penggunaan plastik dalam kegiatan rumah tangga dan industri. Tidak hanya itu pemakaian akan kayu (konstruksi) juga terus meningkat, bahkan diperkirakan lebih cepat dari pertambahan penduduk itu sendiri.
Pemanfaatan limbah plastik dan kayu sebagai bahan baku papan komposit sampai saat ini belum mendapat perhatian serius di Indonesia, sementara volume limbah plastik menimbulkan persoalan tersendiri bagi lingkungan karena bahan ini sangat sulit terdekomposisi. Contohnya saja limbah Styrofoam. Styrofoam merupakan  jenis bahan kimia anorganik yakni polimer yang tidak bisa terurai oleh alam.
Styrofoam banyak diaplikasikan sebagai kegiatan pengangkutan, alat rumah tangga, mainan, pengaman benda elektronik dan pengemasan makanan siap saji. Banyak alasan yang menyebabkan orang lebih memilih menggunakan kemasan Styrofoam karena bentuknya yang menarik, ringan, praktis, awet dan kuat. Namun pada kenyataannya, Styrofoam yang digunakan sebagai kemasan makanan ini, adalah bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu limbah styrofoam yang banyak dijumpai di perkotaan maupun di pedesaan ini  dapat menggangu kebersihan, dan menimbulkan banjir karena bersifat nondegradable tidak bisa diuraikan oleh alam dan jika dibakar asap yang dihasilkan bisa berakibat buruk bagi kesehatan.
Di lain pihak Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana. Namun karena industri pengolahan kayu masih belum efektif dan efisien dalam hal peralatan dan manajemen, rendemen yang dihasilkan belum optimal sehinga limbah yang dihasilkan mencapai 50 %. Limbah tersebut biasanya hanya dibuang percuma atau hanya sekedar dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak yang mana bisa menimbulkan masalah pencemaran udara dari asap yang dibentuknya.
Beranjak dari permasalahan tersebut, muncul pemikiran memanfaatkan limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu yang kurang didayaguna dan biasanya  hanya dibuang sehingga kurang bermanfaat dan kurang mempunyai nilai jual.
Inovasi yang diajukan dalam karya tulis ini mempunyai fungsi di antaranya membuat papan partikel dari material komposit dengan kualitas yang baik. Kondisi itu berfungsi sebagai salah satu hal yang dapat dipilih untuk mengatasi dampak negatif limbah Styrofoam dan serbuk kayu. dengan penambahan eceng gondok 2,5 % menghasilkan kekuatan komposit yang optimal.

1.2   Rumusan Masalah

Apakah dengan penambahan serat eceng gondok pada komposit Styrofoam dan serbuk kayu dapat memberi ketahanan dan kekuatan mekanis pada pembuatan dan papan partikel?

1.3  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui adanya pengaruh penambahan serat eceng gondok pada komposit Styrofoam dan serbuk kayu  terhadap ketahanan dan kekuatan mekanis pada pembuatan papan partikel.

1.4  Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini yakni
1.    Mengatasi masalah terhadap limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu.
2.    Memanfaatkan  eceng gondok yang biasa dianggap sebagai tanaman gulma
3.    Memberikan kontribusi bagi Industri Kecil dan Menengah dalam pemanfaatan teknologi tepat guna.







II.      TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Potensi Sampah Anorganik di Perkotaan

Gambar 1. Sampah Styrofoam

Tingkat kesadaran masyarakat Palembang membuang sampah dan mengelolahnya menjadi produk bernilai ekonomi ternyata masih kurang. Dalam satu hari, terdapat 750 ton volume sampah yang dihasilkan. 70 % produk sampah organik di Palembang berasal dari rumah tangga dan sampah pasar.  30% sisanya adalah sampah anorganik yang berasal dari perkantoran, rumah tangga dan industri. Dari 30% sampah anorganik tersebut,13% merupakan sampah Styrofoam. (Sumber : Dapunta Online 29 April 2011).
Sampah-sampah tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dengan cara reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), dan recycle (daur ulang). sehingga idapat menciptakan suasana lingkungan yang bersih, dan dapat mengangkat perekonomian dengan sumber daya yang ada.

2.2   Mengenal Styrofoam

Styrofoam merupakan bahan kimia anorganik jenis polimer yakni sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi dan tidak dapat terurai oleh alam. Styrofoam terdiri dari butiran-butiran monomer styrene yang diproses dengan mengunakan benzena. Sedangkan benzena adalah zat yang dapat menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid dan dapat menganggu system syaraf.
Bahan dasar styrofoam adalah polystyrene, yakni suatu  bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara lemak rendah atau tinggi. Karena bahan tersebut cepat rapuh, polystyrene dicampur seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polystyrene kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zatplasticier seperti dioktilptalat (DOP), butyl hidroksi toluena, atau n butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil, ini merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk plastic busa seperti yang kita pergunakan saat ini.

2.3  Bahaya Penggunaan Styrofoam

             Saat  ini penggunaan Styrofoam banyak diaplikasikan masyarakat dalam kegiatan pengangkutan, alat rumah tangga, mainan, pengaman benda elektronik dan kemasan plastik. Kemasan plastik ini mampu merebut pangsa pasar dunia menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Di Indonesia kemasan plastik juga mulai mendominasi industri makanan, dan kemasan luwes (fleksibel). Selain karena bahannya mudah didapat, Styrofoam juga murah dan praktis. Namun pada kenyataannya, pemakaian styrofoam sebagai wadah makanan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
            Styrofoam dikatakan berbahaya adalah ketika styrofoam digunakan untuk mengemas makanan atau minuman pada suhu tinggi, hal ini memungkinkan monomer styrene dapat bermigrasi ke dalam makanan dan selanjutnya masuk ke dalam tubuh. Migrasi dipengaruhi oleh suhu, lama kontak, dan tipe pangan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar lemak suatu pangan, semakin besar migrasinya dan semakin besar pula bahaya bagi kesehatan. Adapun bahaya monomer styrene di dalam Styrofoam terhadap kesehatan antara lain : Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual) , hilang pendengaran, dan neurofati periperal.
          Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara paparan styrene dan meningkatnya risiko leukemia dan limfoma. Bahan dasar styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang sel kanker). Selain itu Residu styrofoam dalam makanan dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Jadi jelas sekali bahwa penggunaan kemasan makanan berbahan dasar Styrofoam sangat bahaya bagi kesehatan.

2.4  Limbah Serbuk Kayu

Gambar 2. Limbah Serbuk Kayu

Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam menjadi lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek pemanenan yang tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti oleh perambahan hutan. Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana. Patut disayangkan, sampai saat ini kegiatan pemanenan dan pengolahan kayu di Indonesia masih menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Sementara penanganan limbah serbuk kayu yang dihasilkan oleh industri  masih belum optimal karena peralatan yang kurang memadai.
Limbah serbuk kayu dapat dimanfaatkan seiring perkembangan teknologi saat ini. Pada industri besar dan terpadu, limbah serbuk kayu sudah dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial. Namun untuk industri kecil yang tersebar di berbagai daerah dan mencapai ribuan unit limbah ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal limbah serbuk kayu dapat dikelola menjadi produk-produk turunannya seperti triplek, papan partikel, papan semen, papan serat, complay dll.
Pemanfaatan  serbuk kayu juga dapat mengurangi pembebanan lingkungan disamping menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu. Keunggulan produk ini antara lain : biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya.

2.5  Mengenal Matriks

Matriks merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengikat dan menyatukan serat tanpa bereaksi secara kimia dengan serat yang mempunyai fungsi :
a.    Sebagai pengikat dan pelindung komposit dari kerusakan mekanik maupun kerusakan kimiawi.
b.    Untuk mengalihkan / meneruskan beban dari luar kepada serat. Hal ini berarti bahwa matriks menyebarkan dan memisahkan serat sehingga keretakan tidak dapat berpindah dari satu serat keserat lainnya.
Pembagian matriks menurut pola pengerjaan pada polimer dikelompokkan yaitu termoset dan termoplastik. Dimana termoset merupakan polimer tiga dimensi yang tetap bersifat kaku meskipun memperoleh perlakuan panas atau dengan kata lain tahan terhadap temperatur tinggi, ini dipengaruhi oleh tipe struktur yang dimilikinya.
Resin thermoset adalah plastik yang berpolimerisasi lagi apabila dipanaskan. Oleh karena itu panas akan menimbulkan set tambahan. Resin thermoset tidak dapat didaur ulang karena telah membentuk ikatan silang antara rantai-rantai molekulnya. Sifat mekanisnya bergantung pada unsur molekuler yang membentuk jaringan, rapat serta panjang jaringan silang. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada suhu kamar dengan memperhatikan zat kimia yang digunakan, pengontrolan polimerisasi jaringan silang dilakukan untuk memperoleh nilai jaringan silang dan sifat bahan yang optimum. Contoh dari matriks termoset yaitu : epoksi, polyester, phenolik.
Sedangkan termoplastik merupakan polimer satu dimensi yang mempunyai rigiditas sangat rendah temperatur tinggi. Bahan ini mempunyai keunggulan sebagai berikut : kerapatannya rendah, tahan terhadap kerusakan kimiawi, bersifat isolator yang baik tetapi juga mempunyai keterbatasan pemakaian karena sifat-sifat yang kurang menguntungkan seperti kekuatan dan modulus elastisitasnya yang rendah dibandingkan logam, koefisien pemuaian yang tinggi. Contohnya antara lain : Polyetylene (PE), Plypropylene (PP), Polyvynilchlorida (PVC) dan Polystyrene (PS).
2.6  Material Komposit

Secara umum material komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih, dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lain baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut.
Pada dasarnya material komposit terdiri dari dua buah penyusun yaitu  penguat (reinforcement) dan matriks sebagai pengikat. Sesuai dengan defenisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur penyusun, berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik dalam bentuk serat, serpikan, partikel dan lapisan. Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu bahan komposit, maka komposit dapat dibedakan atas beberapa bagian, antara lain :

1.    Komposit Serat
Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan dasar) yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin sebagai bahan perekat. Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau lapisan yang menggunakan penguat berupa fiber/serat. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, armid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak (Chopped Strand Mat) maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

2.    Komposit Lapis (laminated composite)
Komposit laminat, merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapiss atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karaktristik sifat sendiri. Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang diperkuat oleh resin sebagai contoh plywood, laminated glass yang sering digunakan bahan bangunan dan kelengkapannya. Pada umunya manipulasi makroskopis yang dilakukan yang tahan terhadap korosi, kuat dan tahan terhadap temperatur.


3.    Komposit Serpihan
Serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih-serpih yang saling menahan dengan mengikat permukaan atau dimasukkan ke dalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih saling tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.

4.    Komposit Partikel
Komposit partikel, komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton, senyawa komplek ke dalam senyawa komplek. Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama dengan satu atau lebih unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban, katalisator dan lain-lain. Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren di antara fase partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik.
Manfaat utama dari penggunaan komposit adalah mendapatkan kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi, berat jenis yang ringan, biaya produksi murah dan tahan korosi. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan, diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan kekuatan yang lebih tinggi, tahan korosi dan memiliki biaya perakitan yang lebih murah.
Dengan memilih kombinasi material matriks dan serat yang tepat, kita dapat membuat suatu material komposit dengan sifat yang sama dengan kebutuhan sifat untuk suatu struktur dan tujuan tertentu pula. Aplikasi serta pemakaian komposit yang diperkuat dengan serat secara luas dipakai pada industri-industri dan perabot rumah tangga. Hal ini menunjukkan perkembangan yang pesat dari material komposit karena memiliki sifat yang unggul yakni sebagai isolator yang ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia, sehingga bahan komposit tidak dapat berkarat.
2.7  Serat Eceng Gondok Sebagai Penguat

Gambar 3. Eceng Gondok dan Serat Eceng Gondok

Serat merupakan material atau jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh, berfungsi untuk memberikan kekuatan tarik dan penahan beban yang diterima oleh material komposit, sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh dan lebih kokoh jika dibandingkan dengan tanpa serat penguat.
Pada umumnya komposit mengandung serat, baik serat pendek maupun serat panjang yang dibungkus dengan matriks. Fungsi serat adalah menahan bahan yang diberikan sedang fungsi matriks adalah membungkus serat sekaligus melindunginya dari kerusakan baik mekanis maupun kimia. Selain itu matriks mendistribusikan beban kepada serat. Jenis serat yang digunakan sebagai penguat adalah serat anorganik berupa serat karbon, serat gelas, dan keramik sedangkan jenis serat organik adalah Selulosa, propylene, dan serat grafit. Salah satu contoh serat organik yang memiliki kelebihan-kelebihan yang mulai diaplikasikan sebagai bahan penguat dalam komposit polimer adalah serat eceng gondok.
Eceng gondok (Eicchornia crassipes) merupakan jenis gulma yang hidup di atas permukaan air. Di ekosistem air, eceng gondok merupakan tanaman pengganggu atau gulma yang pertumbuhannya dapat mencapai 3% per hari dengan tinggi antara 0,9-1,9 Cm. Eceng gondok dapat hidup di perairan dalam dengan tumbuh mengapung. Selain itu, tumbuhan ini dapat pula tumbuh di perairan dangkal dengan akar yang tumbuh pada permukaan tanah. Pada akhirnya eceng gondok menjadi gulma yang sulit dikendalikan, menutupi seluruh permukaan air sehingga sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam air, dan juga menyumbat saluran-saluran air.
Khususnya di Sumatera Selatan, eceng gondok banyak tumbuh di aliran Sungai Musi atau pun rawa-rawa kecil. Pesatnya pertumbuhan eceng gondok ini dirasakan sangat merugikan selain karena kandungan oksigen berkurang, sifat eceng gondok yang menutupi permukaan air akan menyebabkan terganggunya  transportasi air, penyempitan sungai dan masalah lain. Dengan populasi yang begitu melimpah dan pengendaliannya yang kurang maksimal maka eceng gondok harus dimanfaatkan khususnya serat pada eceng gondok.. Hal tersebut diharapkan dapat mengendalikan pertumbuhannya yang begitu pesat serta mengkomersialisasikan eceng gondok.
Eceng gondok memiliki kandungan serat  mencapai 20% dari berat keringnya. Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada unsur hara tempatnya tumbuh dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok mempunyai sifat-sifat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfide, selain itu eceng gondok mengandung protein lebih dari 11,5% dan mengandung selulosa yang lebih tinggi dari non selulosanya. Hal ini menjadikan serat eceng gondok berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai penguat bahan komposit. Adapun kandungan kimia dari eceng gondok dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah :
Tabel 1.1 Kandungan Kimia Serat Eceng Gondok Kering
Senyawa Kimia
Persentase (%)
Selulosa
64,51
Pentosa
15,61
Lignin
7,69
Silika
5,56
Abu
12

2.8  Pengertian Papan Partikel

Gambar 4. Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang dihasilkan dari proses pengempaan panas antara campuran partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa dengan bahan perekat organik serta bahan pelengkap lainnya. Jenis partikel kayu yang digunakan adalah serbuk, tatal, serpih, selumbar, untai dan wafer. Industri papan partikel merupakan industri yang dapat memanfaatkan limbah industri kayu gergajian sebagai bahan bakunya.
Faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel adalah jenis kayu, tipe bahan baku, tipe partikel, perekat, pembentukan partikel sampai proses kempa dan penyelesaiannya. Sedangkan untuk mengetahui kualitas dari papan partikel dapat dilihat dari segi kerapatan, kadar air, berat jenis, pengembangan tebal, modulus patah, modulus lentur, penyerapan air dan keteguhan rekat internal. Papan partikel biasanya diproduksi dengan ketebalan 0,02-4,00 cm. Adapun keunggulan dari papan partikel yang dibuat diantaranya adalah harganya relatif lebih murah, cukup tebal, kekuatannya memadai dan mempunyai sifat akustik yang bagus selain itu mengurangi jumlah limbah serbuk kayu yang biasanya kurang bermanfaat.




















III.           METODE PENDEKATAN

3.1  Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Partikel
3.1.1     Alat-alat

       Alat-alat yang digunakan pad pembuatan papan partikel adalah :
1.    Alat kempa panas (Hot Press), berfungsi memberi tekanan pada papan partikel agar sesuai dengan pengatur ketebalan yang dipergunakan sehingga menghasilkan papan partikel yang padat
2.    Pemarut Styrofoam berfungsi menghaluskan styrofoam menjadi serbuk
3.    Oven, berfungsi untuk mengeringkan serat
4.    Timbangan berfungsi mengukur massa partikel benda
5.    Pisau berfungsi untuk memotong styrofoam dan serat eceng gondok
6.    Blender berfungsi untuk menghaluskan serat eceng gondok
7.    Cetakan, terbuat dari kayu dengan ukuran 25 cm x 25 cm memiliki tutup cetakan. Berfungsi sebagai tempat pencetak sebuah partikel kayu, memberikan bentuk dan ketebalan yang telah disesuaikan.
8.    Spacer baja (1 cm), berfungsi untuk memberikan ketebalan yang diinginkan
9.    Alumunium foil, berfungsi untuk melapisi campuran partikel terhadap alasa dan tutup cetakan agar tidak lengket.
10. Kneader, sebagai alat pengadon
11. Spayer gun, berfungsi untuk menyemprotkan Styrofoam sebagai perekat terhadap partikel.
12. Alat pengayak atau penyaring serbuk kayu
13. Alat Unit Injeksi, di dalamnya terdapat hopper, barrel, mixer, dan feeder
Berfungsi untuk memanaskan Styrofoam mengubah dalam bentuk cair untuk membuat resin polystyrene.
Gambar 5. Alat Unit Injeksi
Prinsip kerja Unit Injeksi :
Bubuk Styrofoam yang dimasukkan ditampung dalam sebuah hopper kemudian secara otomatis turun ke dalam tungku Barrel dan terjadi pemanasan. Dengan suhu lumer, Styrofoam sambil diperlakukan dalam proses adukan mixer oleh bentuk Screw dengan bentuk yang sedemikian rupa, Screw berfungsi sebagai Feeder  juga sebagai mixer plastik cair agar pencampuran warna Styrofoam menjadi rata dan seimbang

3.1.2     Bahan-Bahan

1.      Styrofoam (Resin Termoplastik)
2.      Serat eceng gondok (perekat)
3.      Serbuk kayu (filler)
4.      Air

3.1.3     Prinsip pengempaan

Prinsip proses pengempaan dalam pembuatan papan partikel :
1.      Pengempaan dingin, dilakukan pada pembentukan mat,  tujuan pembentukan mat adalah untuk menyiapkan bentuk dasar yang tetap dari partikel dan siap untuk dikempa. Pembuatan kasuran diperlukan untuk proses pembuatan papan partikel datar, sedangkan untuk papan partikel ekstursi tidak memerlukannya. Pembuatan kasuran pada papan partikel datar berguna untuk menentukan jumlah lapisan papan partikel dan juga bentuk awal sebelum dilakukan pengempaan panas, baik satu lapis ataupun lebih. Partikel yang sudah berperekat ditabur pada kasuran yang biasanya dibuat dari plat logam dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan, dengan tebal dan rata. Ketebalan mat beberapa kali papan partikel yang akan dibuat. Mat kemudian dikempa tanpa proses pemanas dan langkah ini merupakan pengempaan pendahuluan atau prepassing.
2.      Pengempaan panas, temperatur tergantung pada jenis perekat, papan partikel berperekat urea formaldehida dikempa dengan suhu berkisar 110oC – 150 oC, sedangkan perekat Penol formaldehida dengan suhu antara 130oC – 170 oC Kebutuhan temperatur akan dicapai kebanyakan tergantung pada jarak dari masing-masing piring kempa dan untuk praktisnya kebutuhan waktu pengempaan 2 – 15 menit atau lebih dan tergantung pada ketebalan panel dan type perekat.

3.2  PROSEDUR PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL

Adapun prosedur pembuatan papan partikel yaitu :
1)  Persiapan Bahan Styrofoam (Resin Termoplastik)
1.    Styrofoam dicuci bersih lalu dikeringkan
2.    Dihaluskan dengan pemarut Styrofoam
3.    Styrofoam dalam bentuk bubuk dimasukkan ke dalam alat unit injeksi
4.    Cairan lalu dimasukkan ke dalam penyemprot spayer gun dikombinasikan dengan pengadukan di dalam kneader.

2)  Persiapan Bahan Serbuk Kayu
1.    Siapkan serbuk kayu sebagai bahan baku
Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan serbuk kayu antara lain : tipe bahan baku, kadar air dan jenis kayunya.
2.    Penyaringan partikel, untuk memisahkan partikel yang dibutuhkan dan partikel yang tidak dibutuhkan. Hal tersebut untuk mendapatkan keseragaman ukuran partikel yang akan diproses menjadi bahan baku.
3.    Pengeringan partikel, untuk memperoleh daya rekat dan kerapatan papan yang baik. Kadar air partikel sebagai bahan baku papan partikel pada umumnya antara 4-8%. Kadar air ini selain akan mempengaruhi volume partikel pada kerapatan partikel tertentu (dengan mempengaruhi berat partikel) juga akan mempengaruhi plastisitas partikel selama pemanasan dalam kempa panas.
4.    Serbuk kayu ditimbang dengan timbangan
5.    Serbuk kayu dimasukkan ke dalam kneader
3)     Persiapan Bahan Serat Eceng Gondok (Penguat/filler) :
1.    Serat eceng gondok dicuci bersih
2.    Lalu dipotong sepanjang 5 cm
3.    Kemudian serat dihaluskan dengan blender
4.    Masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan
5.    Serat yang telah kering dimasukkan ke dalam kneader untuk dicampur bersama bahan lainnya.

4)     Pembuatan Material Komposit
1.    Siapkan alat cetakan/bingkai dengan melapisi alumunium foil pada alas dan tutup cetakan tersebut
2.    Siapkan pengadonan (blending) dengan mencampurkan Resin Termoplastik, filler dan katalis ke dalam kneader (alat pengadon).
3.    Kneader dihidupkan untuk di aduk homogen menjadi material komposit
4.    Setelah proses pencampuran selesai, sampel langsung dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam spayer gun atau penyemprot.
5.    Lalu sampel disemprotkan ke dalam cetakan yang telah diletakkan di atas alas cetakan untuk dibuat menjadi lembaran papan
6.    Pada alas cetakan diletakkan Spacer baja di antara plat-plat panas dengan ketebalan papan yang diinginkan
7.    Cetakkan ditutup dengan tutup cetakan lalu dimasukkan ke dalam alat kempa panas
8.    Alat kempa panas dihidupkan dan dilakukan pengempaan selama 2,5-3 menit atau lebih tergantung pada ketebalan panel dan type perekat dengan tekanan sebesar 100 kgf/cm2 pada suhu 160-220ÂşC (untuk resin polystyrene).
9.    Setelah itu lakukan pengempaan dingin pada tekanan yang sama selama 30 s
10. Lembaran papan dibuka kemudian didinginkan pada suhu kamar dan didinginkan selama 30 s pada suhu kamar.
11. Papan dikeluarkan dan dilakukan pengerjaan akhir. Pengerjaan akhir papan partikel meliputi :
·         Pengkondisian dimaksudkan untuk menyesuaikan papan partikel dengan kondisi suhu dan kelembaban lingkungan
·         Penyesuaian ukuran adalah pemotongan keempat sisi papan sehingga didapat ukuran panjang dan lebar yang dipersyaratkan.
·         Penghalusan permukaan papan








3.3  DIAGRAM ALIR

Gambar 6. Digram Alir Prosedur Pembuatan Papan Partikel
Styrofoam
                                               
Dicuci&dikeringkan
Di Haluskan 
Penyaringan
Serbuk Kayu
Serat Eceng Gondok
Dicuci
 






Dipotong 5 cm
Alat Unit Injeksi
Dimasukkan        


Pengeringan
        Proses
Resin Termoplastik
Dipanaskan
Dihaluskan
Dikeringkan
Blender Drum
Ditimbang
 





Dimasukkan                                                                                                                                                                                              Dimasukkan
   Di dalam
Diaduk Homogen
 


Material Komposit
Hasil

                                        Diseprotkan ke
Cetakan
         
 

Dimasukan
Alat Kempa Panas
                        Proses
                                Pengempaan -----------                                       ----------10 Menit               
Dikeluarkan
Didinginkan
 




                                                                                                ----------Suhu Kamar       

IV.          PEMBAHASAN

4.1  Uji Komposit

Pengujian komposit dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk suatu penggunaan tertentu. Jenis pengujian disesuaikan dengan kebutuhan, umumnya meliputi pengujian terhadap sifat fisis, mekanis, serta thermal komposit.
Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik di dalam matriks.
Pada pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik papan partikel. Sifat-sifat papan partikel yang dihasilkan kemudian akan dibandingkan dengan standar industri yang berlaku, apakah papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi perysaratan industri atau tidak, uji yang dilakukan adalah uji kadar air, kerapatan, keteguhan patah, kuat lentur (MOE), dan kuat pegang sekrup.

4.1.1     Uji Kadar Air

Pengujian kadar air papan partikel bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar air dari papan partikel. Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara disekelilingnya, karena papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga bersifat higroskopis. Kadar air mempengaruhi daya tahan papan partikel. Semakin rendah kadar air maka daya tahan papan partikel akan semakin kuat. Kadar air papan partikel akan semakin rendah dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan, karena kontak antara partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit untuk masuk diantara partikel kayu.
Kadar air papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar, yaitu metode oven (metode pengurangan berat) selama 24 jam. Sampel yang digunakan berukuran 5 cm x 5 cm. Contoh uji ditimbang terlebih dahulu, kemudian direndam selama 24 jam dalam air dan setelah itu ditimbang lagi.
Adapun besarnya kadar air dari papan partikel dihitung dengan menggunakan persamaan :
Kadar air (%) = B1-B2B2  x 100%
Ket :
B1 = Massa Awal (gr)
B2 = Massa Akhir (gr)

Kadar air papan partikel dipengaruhi oleh kadar perekat yang digunakan. Sehingga dengan bertambahnya kadar perekat maka kadar air papan partikel akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah kadar air maka daya tahan papan partikel akan semakin kuat.

4.1.2     Uji Kerapatan

Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran. Nilainya sangat tergantung pada kerapatan serat digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran. Makin tinggi kerapatan papan pertikel yang akan dibuat akan semakin besar tekanan yang digunakan pada saat pengempaan. Semakin tinggi kerapatan papan partikel penyusunnya maka akan semakin tinggi sifat keteguhan dari papan partikel yang dihasilkan
Sampel diukur panjang, lebar dan tebalnya, dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm, kemudian dihitung volumenya, lalu contoh uji ditimbang untuk menentukan beratnya. Kerapatan papan partikel tidak dipengaruhi oleh kadar perekat yang digunakan melainkan dipengaruhi selama proses pengempaan.
Nilai kerapatan papan partikel dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kerapatan = BV
Ket :
B = Massa papan partikel (gr)
V = Volume papan partikel (cm3)

4.1.3     Uji Keteguhan Patah (MOR)

Keteguhan patah merupakan salah satu sifat mekanika papan yang menunjukan kekuatan kayu. Sifat yang dimaksud adalah tingkat keteguhan papan partikel dalam menerima beban tegak lurus terhadap permukaan papan partikel. Pengujian keteguhan patah mengarah ke modulus patah atau Modulus of Rupture (MOR). Nilai MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Sehingga nilai keteguhan patah rata-rata papan partikel semakin meningkat dengan bertambahnya kadar perekat.
Pengujian dilakukan sampai Sampel patah dengan alat penguji, UTM dengan jarak sangga 15 cm. Contoh uji yang dipakai berukuran 20 cm x 5 cm. Nilai modulus patah dipengaruhi oleh nilai kerapatan, semakin tinggi nilai kerapatan maka semakin tinggi nilai modulus patahnya dan sebaliknya.
Nilai keteguhan patah papan partikel dapat dihitung dengan :
MOR = 3 BS2lt2 ­
Ket :
MOR   = Modulus of Rupture/modulus patah (kg/cm2)
B         = Beban maksimum (kg)
S         = Jarak Sangga (cm)
l           = Lebar Contoh Uji (cm)
t           = Tebal Contoh Uji (cm)

4.1.4     Uji Kuat Lentur (MOE)

Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan bahan atau menahan beban-beban mati maupun yang hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh bahan tersebut. Berdasarkan kuat lentur papan partikel, dapat dikemukakan bahwa papan partikel dengan kadar perekat lebih rendah, kekuatan lenturnya juga lebih rendah jika dibandingkan dengan papan partikel yang kadar perekatnya tinggi. Dapat diketahui bahwa kekuatan lentur papan partikel akan meningkat dengan meningkatnya kadar perekat yang digunakan.
Kuat lentur papan partikel dihitung dengan menggunakan persamaan :
MOR = S3 B4lt3D ­
Ket :
MOE   = Modulus of Elastisitas/Modulus Lentur (kg/cm2)
B       = Beban Sebelum Batas Proporsi (kg)
D       = Lenturan Pada Beban (cm)
S         = Jarak Sangga (cm)
l           = Lebar Contoh Uji (cm)
t           = Tebal Contoh Uji (cm)
4.1.5     Uji Kuat Pegang Sekrup

Kuat pegang sekrup papan partikel, dapat dikemukakan bahwa papan partikel dengan kadar perekat lebih rendah kuat pegang sekrupnya juga akan lebih rendah jika dibandingkan dengan papan partikel yang kadar perekatnya tinggi. Maka kuat pegang sekrup papan partikel akan meningkat dengan meningkatnya kadar perekat yang digunakan.
Pengujian kuat pegang sekrup dilakukan dengan memasang sekrup pada arah tegak lurus permukaan dan sejajar permukaan serta dilakukan pada keadaan kering saja. Pengujian tersebut dilakukan pada papan partikel yang tebalnya di atas 3 mm dan panjang 13 mm dipasang pada permukaan sampel yang berukuran 5 cm x 10 cm. Pengujian dilakukan dengan cara menarik sekrup tersebut dari sampel sampai terlepas dengan alat uji universal. Nilai kuat pegang sekrup merupakan beban maksimum saat sekrup tercabut dari sampel dalam kg.

4.1.6     Uji Pengembangan Tebal

Sifat pengembangan tebal papan partikel merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit yang digunakan untuk keperluan interior dan eksterior. Apabila pengembangan tebal suatu papan komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah, sehingga produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat mekanisnya akan menurun dalam jangka waktu yang tidak lama.
Pengembangan tebal papan partikel ditetapkan setelah contoh uji  berukuran kecil yaitu sebesar 5 cm x 5 cm. Sampel diukur tebalnya (T1), lalu direndam dalam air dingin (suhu kamar) secara horizontal kurang lebih 3 cm dibawah permukaan air atau setelah direndam dalam air mendidih selama 24 jam. Setelah itu diukur kembali tebalnya (T2). Cara pertama dilakukan terhadap papan partikel interior dan eksterior, sedangkan cara kedua untuk papan partikel eksterior saja. Untuk papan partikel eksterior, pengembangan tebal ditetapkan setelah direbus 3 jam, kemudian dikeringkan dalam oven 100 °C sampai berat contoh uji tetap. Ada papan partikel interior yang tidak diuji pengembangan tebalnya, misalnya tipe 100, sedangkan untuk tipe 150 dan tipe 200 diuji pengembangan tebalnya. Menurut standar FAO, pada saat mengukur pengembangan tebal ditetapkan pula penyerapan airnya (absorbsi).
Pengembangan tebal menentukan penggunaan papan partikel untuk keperluan interior atau eksterior. Apabila pengembangan tebalnya tinggi maka stabilitas dimensi papan rendah dan tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior atau untuk jangka lama. Besarnya pengembangan dimensi dihitung dengan rumus:
 Pengembangan Tebal (%) = T2-T1T2  x 100%
Ket :
T1 = Tebal awal (mm)
T2 = Tebal akhir (mm)

4.1.7     Pengujian kuat tekan
Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari papan partikel yang sudah mengeras. Tegangan tekan menunjukan arah kedua gaya mendekati ujung benda (kedua gaya saling mendekati). Dengan kata lain benda tidak ditarik tetapi ditekan (gaya-gaya bekerja di dalam benda). Perubahan bentuk benda yang disebabkan oleh tegangan tekan dinamakan mampatan. Tiang-tiang yang menopang beban, seperti tiang bangunan mengalami tegangan tekan. Pada prinsipnya aplikasi kekuatan tekan berfungsi untuk menahan gaya-gaya yang akan bekerja pada papan partikel diantaranya adalah gaya horisontal dan gaya vertikal.
Pengujian dilakukan setelah papan partikel telah mengeras lalu ditimbang untuk mendapatkan data berat papan dalam keadaan kering. Papan partikel ditaruh ke dalam mesin uji desak yang diletakkan secara vertikal untuk diperlakukan dengan tekanan yang dinaikkan secara berangsur-angsur dengan kecepatan 0.05”/menit tiap detik, pembebanan dilakukan sampai papan partikel tidak kuat lagi menahan tekanan. Dan dari itu lah dapat dinilai kelayakan suatu papan partikel.





V.           PENUTUP

5.1  KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penulisan ini adalah :

1.    Komposit dari styrofoam dan serat eceng gondok dapat diolah menjadi papan partikel dengan kualitas yang baik.
2.    Serat eceng gondok dapat bermanfaat sebagai penguat (filler) pada pembuatan papan partikel.
3.    Limbah Styrofoam dan serbuk kayu dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat menjadi prospek bisnis papan partikel yang menguntungkan
4.    Styrofoam setelah diolah menjadi resin termoplastik dapat bermanfaat sebagai perekat

5.2  Saran

1.    Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan jenis serat yang berbeda atau perekat yang berbeda sehingga diperoleh papan partikel yang mempunyai sifat fisis dan mekanisme yang lebih baik.
2.    Disarankan teknologi sederhana ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat sekitar danau yang mempunyai potensi eceng gondok.
3.    Diharapkan dengan penerapan teknologi ini dapat membantu pendapatan masyarakat sekitar dan mendukung kebersihan dan kelestarian pemukiman penduduk dekat area pembuangan sampah
4.    Diharapkan kegiatan ini nantinya akan menjadi proyek yang lebih menguntungkan secara ekonomis di masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, M.A. 2008. Karakterisasi Komposit Enceng Gondok Dengan Variasi Panjang Serat (50 mm, 100 mm, 150 mm) dengan Matriks Polyester [skripsi]. Surakarta: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anies. 2009. Bahaya “Kresek” dan Kemasan Styrofoam. [terhubung berkala]. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/23/73483/Bahaya-Kresek-dan-Kemasan-Styrofoam .[20 Maret 2010]

Cativiela, C.; J. M. Fraile; J. I. GarcĂ­a; J. A. Mayoral. 2006. “A new titanium-silicacatalyst for Chanda M, Roy SK.  Plastic Technology Handbook. CRC Press : London, New York.

Halim HS, Amin MB,Maadhah AG. eds. 1992. Handbook of Polymer Degradation. Marcell Dekker : New York

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan : Bogor

Haryanti, Sri et.al. tt. 2006. Adaptasi Morfologi Fisiologi dan Anatomi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart)Solm) di Berbagai Perairan Tercemar. Universitas Dipenogoro : Semarang

Krissetiana, A. Bahaya Pengemasan makanan yang Tidak Cocok.[terhubung berkala]. http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/02/ragam3.htm. [1 Maret 2010]

Kuryla WC, Papa AJ. eds. 1973. Flame Retordancy of Polymeric Materials. Vol Marcell Dekker : New York

Muladi, S. 2001. Kajian Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Industri dan Penyelamat Lingkungan Hidup di Perairan. Prosiding Seminar Nasional IV Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) : Samarinda
Setyawaty, D. 2003. Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur Ulang : Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik, http://tumoutou.net/702_07134/dina_setyawati.htm

Winarno, FG. 2001. Residu "Styrofoam" Semakin Berbahaya bagi Kesehatan. Koran Kompas. edisi Kamis, 13 September 2001.hal:11





























BIODATA PENULIS

1.     Judul Kegiatan                        : Pemanfaatan Limbah Styrofoam dan Limbah Serbuk
  Kayu Dengan Penambahan Serat Eceng Gondok
  Sebagai Material Komposit Dalam Pembuatan Papan
  Partikel

1.     Bidang Kegiatan         : KARYA TULIS KREATIF-GAGASAN TERTULIS

2.     Penulis
a.    Nama Lengkap : Yeni Raini, S.Pd
b.    Alumni                 : Universitas Bengkulu ‘07
c.    Fak/Jurusan      : FKIP/Pend. Kimia
d.    Alamat Rumah  : Jl. Sekolahan No. 1938 RT/RW. 032/007 Kel. Pipa
  Reja Kec. Kemuning, Palembang Sumatera Selatan.
e.    Telepon              : 0852 6835 3503
f.     Alamat e-mail     : yeni_raini@yahoo.co.id