“PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM DAN LIMBAH SERBUK KAYU
DENGAN PENAMBAHAN SERAT
ECENG GONDOK
SEBAGAI MATERIAL
KOMPOSIT DALAM PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL”
KOMPETISI KARYA
TULIS KREATIF
TEMA :
DAUR ULANG LIMBAH
ANORGANIK
Diusulkan oleh :
YENI RAINI, S.Pd
KOMPETISI KARYA TULIS KREATIF
PORSENI
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Styrofoam dan Limbah Serbuk Kayu Dengan Penambahan Serat Eceng
Gondok Sebagai Material Komposit Dalam Pembuatan Papan Partikel” ini dapat
diselesaikan.
Judul tersebut
dipilih, karena penulis prihatin melihat limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu di lingkungan sekitar umumnya
dibuang begitu saja. Hal ini memacu penulis untuk mencoba mengungkapkan ide-ide
baru dalam pengelolahan limbah Styrofoam
dan limbah serbuk kayu menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bisa bernilai
ekonomi dengan aspek terpenting yakni mengurangi pencemaran lingkungan secara
signifikan.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan dalam penyusunan karya tulis ini. Karya tulis ini masih terdapat
banyak kekurangan dari berbagai segi. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
para pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya terutama bagi
masyarakat Indonesia.
Palembang , 20 November 2011
PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM DAN LIMBAH SERBUK KAYU
DENGAN PENAMBAHAN SERAT
ECENG GONDOK
SEBAGAI MATERIAL
KOMPOSIT DALAM PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL
Abstrak
Limbah merupakan
salah satu permasalahan lingkungan yang harus mendapatkan perhatian khusus dari
semua pihak karena adanya limbah yang tidak dikelola dengan benar dan
baik akan berakibat
langsung terhadap kehidupan mahluk hidup yang ada di bumi ini. Sebagai
buktinya, di kota-kota
besar limbah masih menjadi permasalahan yang seakan tidak ada solusinya.
Sebagai contoh limbah perkotaan yang susah dicari
solusinya adalah limbah Styrofoam dan limbah serbuk kayu. Limbah
Styrofoam merupakan jenis limbah anorganik yang berasal dari benda mati dan
tidak dapat diurai oleh alam. Jika
dibakar asap yang dihasilkan oleh
pembakaran styrofoam bisa berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan.
Berangkat dari hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mencari solusi tepat,
bukan hanya mengurangi penggunaan limbah Styrofoam,
tetapi juga pengolahan limbah serbuk kayu yang kurang didayagunakan dan
biasanya hanya dibuang sehingga kurang bermanfaat serta kurang mempunyai nilai
jual. Inovasi yang diajukan dalam karya tulis ini mempunyai fungsi di antaranya
membuat triplek dan papan partikel dengan kualitas yang baik. Papan partikel
ini termasuk komposit yang terbuat dari Styrofoam
dan serbuk kayu sebagai matriks dengan penambahan serat eceng gondok
sebagai filler. Adanya penambahan
serat eceng gondok ke dalam matriks bertujuan meningkatkan sifat fisik dan
sifat mekanik.
Keywords : limbah Styrofoam, komposit, serbuk kayu, eceng
gondok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
ABSTRAK..................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 7
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Sampah Anorganik di Perkotaan................................................. 9
2.2 Mengenal Styrofoam....................................................................................... 9
2.3 Bahaya Penggunaan Styrofoam................................................................ 10
2.4 Potensi Limbah Serbuk Kayu..................................................................... 11
2.5 Mengenal Matriks........................................................................................... 12
2.6 Material Komposit.......................................................................................... 13
2.7 Serat Eceng Gondok Sebagai Penguat.................................................... 15
2.8 Pengertian Papan Partikel........................................................................... 15
III. METODE PENDEKATAN
3.1 Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Partikel.................................. 18
3.1.1 Alat-Alat................................................................................................. 18
3.1.2 Bahan-Bahan...................................................................................... 19
3.1.3 Prinsip Pengempaan......................................................................... 19
3.2 Prosedur Pembuatan Papan Partikel........................................................ 20
3.3 Diagram Alir..................................................................................................... 22
IV. PEMBAHASAN
4.1 Uji Komposit.................................................................................................... 23
4.1.1 Uji Kadar Air........................................................................................... 23
4.1.2 Uji Kerapatan......................................................................................... 24
4.1.3 Uji Keteguhan Patah (MOR)............................................................... 24
4.1.4 Uji Kuat Lentur (MOE)......................................................................... 25
4.1.5 Uji Kuat Pegang Sekrup..................................................................... 26
4.1.6 Uji Pengembangan Tebal.................................................................. 26
4.1.7 Pengujian Kuat Tekan........................................................................ 27
V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 28
4.2 Saran................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 29
BIODATA PENULIS................................................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sampah Styrofoam................................................................................. 8
Gambar 2. Limbah Serbuk Kayu............................................................................ 10
Gambar 3 . Eceng Gondok dan Serat
Eceng Gondok...................................... 14
Gambar 4. Papan Partikel......................................................................................... 15
Gambar 5. Alat Unit Injeksi....................................................................................... 17
Gambar 6. Digram Alir Prosedur Pembuatan Papan Partikel......................... 21
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan
salah satu negara kependuduknya yang padat di dunia. Setiap tahunnya pertambahan
penduduk berkisar sekitar 2.5% sampai 4%. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan
penggunaan plastik dalam kegiatan rumah tangga dan industri. Tidak hanya itu pemakaian akan kayu (konstruksi) juga terus meningkat,
bahkan diperkirakan lebih cepat dari pertambahan penduduk itu sendiri.
Pemanfaatan limbah plastik
dan kayu sebagai bahan baku papan komposit sampai saat ini belum mendapat
perhatian serius di Indonesia, sementara volume limbah plastik menimbulkan
persoalan tersendiri bagi lingkungan karena bahan ini sangat sulit
terdekomposisi. Contohnya saja limbah Styrofoam. Styrofoam merupakan jenis bahan kimia anorganik yakni polimer yang
tidak bisa terurai oleh alam.
Styrofoam banyak diaplikasikan sebagai kegiatan pengangkutan, alat
rumah tangga, mainan, pengaman benda elektronik dan pengemasan makanan siap
saji. Banyak alasan yang menyebabkan orang lebih memilih menggunakan kemasan Styrofoam
karena bentuknya yang menarik, ringan, praktis, awet dan kuat. Namun pada kenyataannya,
Styrofoam yang digunakan sebagai kemasan makanan ini, adalah bahan yang
berbahaya bagi kesehatan. Selain itu limbah styrofoam yang banyak dijumpai di perkotaan
maupun di pedesaan ini dapat menggangu
kebersihan, dan menimbulkan banjir karena bersifat nondegradable tidak
bisa diuraikan oleh alam dan jika dibakar asap yang dihasilkan bisa berakibat
buruk bagi kesehatan.
Di lain pihak Kebutuhan kayu yang terus meningkat
dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien
dan bijaksana. Namun karena industri pengolahan kayu masih belum efektif dan
efisien dalam hal peralatan dan manajemen, rendemen yang dihasilkan belum
optimal sehinga limbah yang dihasilkan mencapai 50 %. Limbah tersebut biasanya
hanya dibuang percuma atau hanya sekedar dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk
memasak yang mana bisa menimbulkan masalah pencemaran udara dari asap yang
dibentuknya.
Beranjak dari permasalahan tersebut, muncul
pemikiran memanfaatkan limbah Styrofoam dan
limbah serbuk kayu yang kurang didayaguna dan biasanya hanya dibuang sehingga kurang bermanfaat dan
kurang mempunyai nilai jual.
Inovasi yang diajukan dalam karya tulis ini
mempunyai fungsi di antaranya membuat papan partikel dari material komposit dengan
kualitas yang baik. Kondisi itu berfungsi sebagai salah satu hal yang dapat
dipilih untuk mengatasi dampak negatif limbah Styrofoam dan serbuk kayu.
dengan penambahan eceng gondok 2,5 % menghasilkan kekuatan komposit yang
optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah dengan penambahan serat eceng gondok pada komposit Styrofoam dan serbuk kayu dapat memberi
ketahanan dan kekuatan mekanis pada pembuatan dan papan partikel?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui adanya pengaruh
penambahan serat eceng gondok pada komposit Styrofoam
dan serbuk kayu terhadap ketahanan dan
kekuatan mekanis pada pembuatan papan partikel.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini yakni
1.
Mengatasi masalah
terhadap limbah Styrofoam dan limbah
serbuk kayu.
2.
Memanfaatkan eceng gondok yang biasa dianggap sebagai tanaman gulma
3.
Memberikan kontribusi
bagi Industri Kecil dan Menengah dalam pemanfaatan teknologi tepat guna.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Sampah Anorganik di
Perkotaan
Gambar 1. Sampah Styrofoam
Tingkat kesadaran masyarakat Palembang membuang
sampah dan mengelolahnya menjadi produk bernilai ekonomi ternyata masih kurang.
Dalam satu hari, terdapat 750 ton volume sampah yang dihasilkan. 70 % produk
sampah organik di Palembang berasal dari rumah tangga dan sampah pasar. 30% sisanya adalah sampah anorganik yang berasal
dari perkantoran, rumah tangga dan industri. Dari 30% sampah anorganik
tersebut,13% merupakan sampah Styrofoam. (Sumber
: Dapunta Online 29 April 2011).
Sampah-sampah tersebut sebenarnya dapat
diminimalisir dengan cara reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), dan
recycle (daur ulang). sehingga idapat menciptakan suasana lingkungan yang
bersih, dan dapat mengangkat perekonomian dengan sumber daya yang ada.
2.2 Mengenal Styrofoam
Styrofoam merupakan bahan kimia anorganik jenis polimer yakni
sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi dan tidak
dapat terurai oleh alam. Styrofoam terdiri dari butiran-butiran monomer styrene
yang diproses dengan mengunakan benzena.
Sedangkan benzena adalah zat yang dapat menimbulkan masalah pada
kelenjar tyroid dan dapat menganggu
system syaraf.
Bahan dasar styrofoam
adalah polystyrene, yakni suatu bahan plastik yang memiliki sifat khusus
dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai
bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara lemak rendah
atau tinggi. Karena bahan tersebut cepat rapuh, polystyrene dicampur seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polystyrene
kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian
untuk kelenturannya, ditambahkan zatplasticier
seperti dioktilptalat (DOP), butyl hidroksi toluena, atau n butyl stearat.
Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil, ini merupakan
hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk plastic busa seperti
yang kita pergunakan saat ini.
2.3 Bahaya Penggunaan Styrofoam
Saat
ini penggunaan Styrofoam banyak diaplikasikan
masyarakat dalam kegiatan pengangkutan, alat rumah tangga, mainan, pengaman
benda elektronik dan kemasan plastik. Kemasan
plastik ini mampu merebut
pangsa pasar dunia menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Di Indonesia kemasan
plastik juga mulai mendominasi industri makanan, dan
kemasan luwes (fleksibel). Selain karena bahannya mudah didapat, Styrofoam juga murah dan praktis. Namun
pada kenyataannya, pemakaian styrofoam sebagai
wadah makanan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
Styrofoam dikatakan berbahaya
adalah ketika styrofoam digunakan
untuk mengemas makanan atau minuman pada suhu tinggi, hal ini memungkinkan
monomer styrene dapat bermigrasi ke
dalam makanan dan selanjutnya masuk ke dalam tubuh. Migrasi dipengaruhi oleh
suhu, lama kontak, dan tipe pangan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar
lemak suatu pangan, semakin besar migrasinya dan semakin besar pula bahaya bagi
kesehatan. Adapun bahaya monomer styrene
di dalam Styrofoam terhadap kesehatan
antara lain : Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala
seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu
reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual) , hilang
pendengaran, dan neurofati periperal.
Beberapa
penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara paparan styrene dan meningkatnya risiko leukemia
dan limfoma. Bahan dasar styrofoam,
bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang
sel kanker). Selain itu Residu styrofoam
dalam makanan dapat menyebabkan endocrine
disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan
pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen
dalam makanan. Jadi jelas sekali bahwa penggunaan kemasan makanan berbahan
dasar Styrofoam sangat bahaya bagi kesehatan.
2.4 Limbah Serbuk Kayu
Gambar 2. Limbah Serbuk Kayu
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan
baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Keadaan ini diperparah oleh adanya
konversi hutan alam menjadi lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran
hutan, praktek pemanenan yang tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang
diikuti oleh perambahan hutan. Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara
efisien dan bijaksana. Patut disayangkan, sampai saat ini kegiatan pemanenan
dan pengolahan kayu di Indonesia masih menghasilkan limbah dalam jumlah besar.
Sementara penanganan limbah serbuk kayu yang dihasilkan oleh industri masih belum optimal karena peralatan yang
kurang memadai.
Limbah serbuk kayu dapat dimanfaatkan seiring
perkembangan teknologi saat ini. Pada industri besar dan terpadu, limbah serbuk
kayu sudah dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang aktif yang dijual
secara komersial. Namun untuk industri kecil yang tersebar di berbagai daerah
dan mencapai ribuan unit limbah ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal
limbah serbuk kayu dapat dikelola menjadi produk-produk turunannya seperti
triplek, papan partikel, papan semen, papan serat, complay dll.
Pemanfaatan
serbuk kayu juga dapat mengurangi pembebanan lingkungan disamping
menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu. Keunggulan
produk ini antara lain : biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah,
fleksibel dalam proses pembuatannya.
2.5 Mengenal Matriks
Matriks merupakan
suatu bahan yang digunakan untuk mengikat dan menyatukan serat tanpa bereaksi
secara kimia dengan serat yang mempunyai fungsi :
a. Sebagai pengikat dan
pelindung komposit dari kerusakan mekanik maupun kerusakan kimiawi.
b. Untuk mengalihkan /
meneruskan beban dari luar kepada serat. Hal ini berarti bahwa matriks
menyebarkan dan memisahkan serat sehingga keretakan tidak dapat berpindah dari
satu serat keserat lainnya.
Pembagian matriks menurut pola pengerjaan pada polimer dikelompokkan
yaitu termoset dan termoplastik. Dimana termoset merupakan polimer tiga dimensi
yang tetap bersifat kaku meskipun memperoleh perlakuan panas atau dengan kata
lain tahan terhadap temperatur tinggi, ini dipengaruhi oleh tipe struktur yang
dimilikinya.
Resin thermoset
adalah plastik yang berpolimerisasi lagi apabila dipanaskan. Oleh karena itu
panas akan menimbulkan set tambahan. Resin thermoset
tidak dapat didaur ulang karena telah membentuk ikatan silang antara
rantai-rantai molekulnya. Sifat mekanisnya bergantung pada unsur molekuler yang
membentuk jaringan, rapat serta panjang jaringan silang. Proses pembuatannya
dapat dilakukan pada suhu kamar dengan memperhatikan zat kimia yang digunakan,
pengontrolan polimerisasi jaringan silang dilakukan untuk memperoleh nilai
jaringan silang dan sifat bahan yang optimum. Contoh dari matriks termoset
yaitu : epoksi, polyester, phenolik.
Sedangkan termoplastik merupakan polimer satu dimensi yang
mempunyai rigiditas sangat rendah temperatur tinggi. Bahan ini mempunyai
keunggulan sebagai berikut : kerapatannya rendah, tahan terhadap kerusakan
kimiawi, bersifat isolator yang baik tetapi juga mempunyai keterbatasan
pemakaian karena sifat-sifat yang kurang menguntungkan seperti kekuatan dan
modulus elastisitasnya yang rendah dibandingkan logam, koefisien pemuaian yang
tinggi. Contohnya antara lain : Polyetylene
(PE), Plypropylene (PP), Polyvynilchlorida (PVC) dan Polystyrene (PS).
2.6 Material Komposit
Secara umum material komposit adalah suatu jenis
bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih, dimana sifat
masing-masing bahan berbeda satu sama lain baik itu sifat kimia maupun
fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut.
Pada dasarnya material
komposit terdiri dari dua buah penyusun yaitu penguat (reinforcement)
dan matriks sebagai pengikat. Sesuai dengan defenisinya, maka bahan material
komposit terdiri dari unsur-unsur penyusun, berupa unsur organik, anorganik
ataupun metalik dalam bentuk serat, serpikan, partikel dan lapisan. Jika
ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu bahan komposit, maka komposit dapat
dibedakan atas beberapa bagian, antara lain :
1. Komposit Serat
Komposit serat, yaitu
komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan dasar) yang diproduksi
secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin sebagai bahan perekat.
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau lapisan yang
menggunakan penguat berupa fiber/serat. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, armid fibers
(poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak (Chopped Strand Mat) maupun dengan
orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti
anyaman.
2. Komposit Lapis
(laminated composite)
Komposit laminat,
merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapiss atau lebih yang digabung
menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karaktristik sifat sendiri. Komposit
yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang diperkuat oleh
resin sebagai contoh plywood, laminated
glass yang sering digunakan bahan bangunan dan kelengkapannya. Pada umunya
manipulasi makroskopis yang dilakukan yang tahan terhadap korosi, kuat dan
tahan terhadap temperatur.
3.
Komposit Serpihan
Serpihan adalah partikel kecil yang telah
ditentukan sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan
orientasi serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri atas
serpih-serpih yang saling menahan dengan mengikat permukaan atau dimasukkan ke
dalam matriks. Sifat-sifat
khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar
sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang
tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih saling
tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida
ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau
perembesan.
4.
Komposit Partikel
Komposit partikel,
komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu, pasir)
yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton, senyawa komplek ke dalam
senyawa komplek. Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan
menempatkan partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks
bersama-sama dengan satu atau lebih unsur-unsur perlakuan seperti panas,
tekanan, kelembaban, katalisator dan lain-lain. Komposit partikel ini berbeda
dengan jenis serat acak sehingga bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat
dipengaruhi oleh tegangan koheren di antara fase partikel dan matriks yang menunjukkan
sambungan yang baik.
Manfaat utama dari penggunaan komposit adalah
mendapatkan kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi, berat jenis yang
ringan, biaya produksi murah dan tahan korosi. Bahan komposit memiliki banyak
keunggulan, diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan kekuatan yang
lebih tinggi, tahan korosi dan memiliki biaya perakitan yang lebih murah.
Dengan memilih kombinasi material matriks dan serat
yang tepat, kita dapat membuat suatu material komposit dengan sifat yang sama
dengan kebutuhan sifat untuk suatu struktur dan tujuan tertentu pula. Aplikasi
serta pemakaian komposit yang diperkuat dengan serat secara luas dipakai pada
industri-industri dan perabot rumah tangga. Hal ini menunjukkan perkembangan
yang pesat dari material komposit karena memiliki sifat yang unggul yakni
sebagai isolator yang ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia, sehingga
bahan komposit tidak dapat berkarat.
2.7 Serat Eceng Gondok Sebagai Penguat
Gambar 3. Eceng Gondok dan Serat Eceng Gondok
Serat merupakan material atau jenis bahan berupa
potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh, berfungsi
untuk memberikan kekuatan tarik dan penahan beban yang diterima oleh material
komposit, sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh dan lebih
kokoh jika dibandingkan dengan tanpa serat penguat.
Pada umumnya komposit
mengandung serat, baik serat pendek maupun serat panjang yang dibungkus dengan
matriks. Fungsi serat adalah menahan bahan yang diberikan sedang fungsi matriks
adalah membungkus serat sekaligus melindunginya dari kerusakan baik mekanis
maupun kimia. Selain itu matriks mendistribusikan beban kepada serat. Jenis
serat yang digunakan sebagai penguat adalah serat anorganik berupa serat
karbon, serat gelas, dan keramik sedangkan jenis serat organik adalah Selulosa,
propylene, dan serat grafit. Salah
satu contoh serat organik yang memiliki kelebihan-kelebihan yang mulai
diaplikasikan sebagai bahan penguat dalam komposit polimer adalah serat eceng
gondok.
Eceng gondok (Eicchornia crassipes) merupakan
jenis gulma yang hidup di atas permukaan air. Di ekosistem air, eceng gondok
merupakan tanaman pengganggu atau gulma yang pertumbuhannya dapat mencapai 3%
per hari dengan tinggi antara 0,9-1,9 Cm. Eceng gondok dapat hidup di perairan
dalam dengan tumbuh mengapung. Selain itu, tumbuhan ini dapat pula tumbuh di
perairan dangkal dengan akar yang tumbuh pada permukaan tanah. Pada akhirnya
eceng gondok menjadi gulma yang sulit dikendalikan, menutupi seluruh permukaan
air sehingga sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam air, dan juga menyumbat
saluran-saluran air.
Khususnya di Sumatera Selatan, eceng gondok banyak
tumbuh di aliran Sungai Musi atau pun rawa-rawa kecil. Pesatnya pertumbuhan
eceng gondok ini dirasakan sangat merugikan selain karena kandungan oksigen
berkurang, sifat eceng gondok yang menutupi permukaan air akan menyebabkan
terganggunya transportasi air,
penyempitan sungai dan masalah lain. Dengan populasi yang begitu melimpah dan
pengendaliannya yang kurang maksimal maka eceng gondok harus dimanfaatkan
khususnya serat pada eceng gondok.. Hal tersebut diharapkan dapat mengendalikan
pertumbuhannya yang begitu pesat serta mengkomersialisasikan eceng gondok.
Eceng gondok memiliki
kandungan serat mencapai 20% dari berat
keringnya. Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada unsur hara tempatnya
tumbuh dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok mempunyai
sifat-sifat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfide, selain itu eceng gondok mengandung protein lebih dari
11,5% dan mengandung selulosa yang lebih tinggi dari non selulosanya. Hal ini
menjadikan serat eceng gondok berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai penguat
bahan komposit. Adapun kandungan kimia dari eceng gondok dapat dilihat pada
tabel 1.1 di bawah :
Tabel 1.1 Kandungan
Kimia Serat Eceng Gondok Kering
Senyawa Kimia
|
Persentase (%)
|
Selulosa
|
64,51
|
Pentosa
|
15,61
|
Lignin
|
7,69
|
Silika
|
5,56
|
Abu
|
12
|
2.8 Pengertian Papan Partikel
Gambar 4. Papan
Partikel
Papan partikel
merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang dihasilkan dari
proses pengempaan panas antara campuran partikel-partikel kayu atau bahan-bahan
berlignoselulosa dengan bahan perekat organik serta bahan pelengkap lainnya.
Jenis partikel kayu yang digunakan adalah serbuk, tatal, serpih, selumbar,
untai dan wafer. Industri papan partikel merupakan industri yang dapat
memanfaatkan limbah industri kayu gergajian sebagai bahan bakunya.
Faktor yang mempengaruhi
mutu papan partikel adalah jenis kayu, tipe bahan baku, tipe partikel, perekat,
pembentukan partikel sampai proses kempa dan penyelesaiannya. Sedangkan untuk
mengetahui kualitas dari papan partikel dapat dilihat dari segi kerapatan,
kadar air, berat jenis, pengembangan tebal, modulus patah, modulus lentur,
penyerapan air dan keteguhan rekat internal. Papan partikel biasanya diproduksi
dengan ketebalan 0,02-4,00 cm. Adapun keunggulan dari papan partikel yang
dibuat diantaranya adalah harganya relatif lebih murah, cukup tebal,
kekuatannya memadai dan mempunyai sifat akustik yang bagus selain itu
mengurangi jumlah limbah serbuk kayu yang biasanya kurang bermanfaat.
III.
METODE PENDEKATAN
3.1 Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Partikel
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pad pembuatan papan partikel adalah :
1. Alat kempa panas (Hot Press), berfungsi memberi tekanan pada papan partikel agar sesuai dengan pengatur
ketebalan yang dipergunakan sehingga menghasilkan papan partikel yang padat
2. Pemarut Styrofoam berfungsi menghaluskan styrofoam menjadi serbuk
3. Oven, berfungsi untuk
mengeringkan serat
4. Timbangan berfungsi
mengukur massa partikel benda
5. Pisau berfungsi untuk
memotong styrofoam dan serat eceng
gondok
6. Blender berfungsi untuk
menghaluskan serat eceng gondok
7. Cetakan, terbuat dari
kayu dengan ukuran 25 cm x 25 cm memiliki tutup cetakan. Berfungsi sebagai
tempat pencetak sebuah partikel kayu, memberikan bentuk dan ketebalan yang
telah disesuaikan.
8. Spacer baja (1
cm), berfungsi untuk memberikan ketebalan yang diinginkan
9. Alumunium foil, berfungsi untuk melapisi
campuran partikel terhadap alasa dan tutup cetakan agar tidak lengket.
10. Kneader, sebagai alat pengadon
11. Spayer gun, berfungsi untuk menyemprotkan Styrofoam
sebagai perekat terhadap partikel.
12. Alat pengayak atau
penyaring serbuk kayu
13. Alat Unit Injeksi, di
dalamnya terdapat hopper, barrel, mixer, dan
feeder
Berfungsi untuk
memanaskan Styrofoam mengubah dalam
bentuk cair untuk membuat resin polystyrene.
Gambar 5. Alat Unit
Injeksi
Prinsip kerja Unit Injeksi :
Bubuk Styrofoam yang dimasukkan ditampung
dalam sebuah hopper kemudian secara
otomatis turun ke dalam tungku Barrel dan
terjadi pemanasan. Dengan suhu lumer,
Styrofoam sambil diperlakukan dalam
proses adukan mixer oleh bentuk Screw
dengan bentuk yang sedemikian rupa, Screw
berfungsi sebagai Feeder juga sebagai mixer plastik cair agar pencampuran
warna Styrofoam menjadi rata dan
seimbang
3.1.2 Bahan-Bahan
1.
Styrofoam (Resin Termoplastik)
2.
Serat eceng gondok (perekat)
3.
Serbuk kayu (filler)
4.
Air
3.1.3 Prinsip
pengempaan
Prinsip
proses pengempaan dalam pembuatan papan partikel :
1.
Pengempaan dingin, dilakukan pada pembentukan
mat,
tujuan pembentukan mat adalah untuk menyiapkan bentuk dasar yang tetap dari
partikel dan siap untuk dikempa. Pembuatan kasuran diperlukan untuk proses
pembuatan papan partikel datar, sedangkan untuk papan partikel ekstursi tidak
memerlukannya. Pembuatan kasuran pada papan partikel datar berguna untuk
menentukan jumlah lapisan papan partikel dan juga bentuk awal sebelum dilakukan
pengempaan panas, baik satu lapis ataupun lebih. Partikel yang sudah berperekat
ditabur pada kasuran yang biasanya dibuat dari plat logam dengan jumlah sesuai
dengan kebutuhan, dengan tebal dan rata. Ketebalan mat beberapa kali papan
partikel yang akan dibuat. Mat
kemudian dikempa tanpa proses pemanas dan langkah ini merupakan pengempaan
pendahuluan atau prepassing.
2.
Pengempaan panas, temperatur
tergantung pada jenis perekat, papan partikel berperekat urea formaldehida
dikempa dengan suhu berkisar 110oC – 150 oC, sedangkan perekat Penol
formaldehida dengan suhu antara 130oC – 170 oC Kebutuhan temperatur
akan dicapai kebanyakan tergantung pada jarak dari masing-masing piring kempa
dan untuk praktisnya kebutuhan waktu pengempaan 2 – 15 menit atau lebih dan
tergantung pada ketebalan panel dan type perekat.
3.2 PROSEDUR PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL
Adapun prosedur pembuatan papan partikel yaitu :
1)
Persiapan Bahan Styrofoam (Resin Termoplastik)
1.
Styrofoam dicuci bersih lalu
dikeringkan
2.
Dihaluskan dengan pemarut Styrofoam
3.
Styrofoam dalam bentuk bubuk
dimasukkan ke dalam alat unit injeksi
4.
Cairan lalu dimasukkan
ke dalam penyemprot spayer gun dikombinasikan dengan pengadukan di dalam kneader.
2) Persiapan Bahan Serbuk Kayu
1.
Siapkan serbuk kayu sebagai bahan baku
Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan serbuk kayu antara lain :
tipe bahan baku, kadar air dan jenis kayunya.
2. Penyaringan partikel, untuk memisahkan partikel yang dibutuhkan dan
partikel yang tidak dibutuhkan. Hal tersebut untuk mendapatkan keseragaman
ukuran partikel yang akan diproses menjadi bahan baku.
3.
Pengeringan partikel, untuk memperoleh daya
rekat dan kerapatan papan yang baik. Kadar air partikel sebagai bahan baku papan partikel
pada umumnya antara 4-8%. Kadar air ini selain akan mempengaruhi volume partikel
pada kerapatan partikel tertentu (dengan mempengaruhi berat partikel) juga akan
mempengaruhi plastisitas partikel selama pemanasan dalam kempa panas.
4.
Serbuk kayu ditimbang dengan timbangan
5.
Serbuk kayu dimasukkan ke dalam kneader
3) Persiapan Bahan Serat Eceng Gondok (Penguat/filler) :
1. Serat eceng gondok
dicuci bersih
2. Lalu dipotong sepanjang
5 cm
3. Kemudian serat
dihaluskan dengan blender
4. Masukkan ke dalam oven
untuk dikeringkan
5. Serat yang telah kering
dimasukkan ke dalam kneader untuk
dicampur bersama bahan lainnya.
4) Pembuatan Material Komposit
1. Siapkan alat
cetakan/bingkai dengan melapisi alumunium
foil pada alas dan tutup cetakan tersebut
2.
Siapkan pengadonan (blending) dengan
mencampurkan Resin Termoplastik, filler dan katalis ke dalam kneader (alat pengadon).
3.
Kneader dihidupkan untuk di
aduk homogen menjadi material komposit
4.
Setelah proses
pencampuran selesai, sampel langsung dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam spayer gun atau penyemprot.
5. Lalu sampel disemprotkan ke dalam cetakan yang telah diletakkan
di atas alas cetakan untuk dibuat menjadi lembaran papan
6. Pada alas cetakan
diletakkan Spacer baja di antara plat-plat panas dengan ketebalan papan yang diinginkan
7.
Cetakkan ditutup dengan tutup cetakan lalu dimasukkan ke dalam alat kempa panas
8. Alat kempa panas
dihidupkan dan dilakukan pengempaan selama 2,5-3 menit atau lebih tergantung pada ketebalan panel dan type
perekat dengan tekanan sebesar 100 kgf/cm2 pada suhu 160-220ÂşC
(untuk resin polystyrene).
9. Setelah itu lakukan
pengempaan dingin pada tekanan yang sama selama 30 s
10.
Lembaran papan dibuka kemudian didinginkan pada suhu kamar dan didinginkan selama 30 s pada suhu kamar.
11. Papan dikeluarkan dan dilakukan pengerjaan akhir. Pengerjaan akhir papan partikel meliputi :
·
Pengkondisian
dimaksudkan untuk menyesuaikan papan partikel dengan kondisi suhu dan
kelembaban lingkungan
·
Penyesuaian
ukuran adalah pemotongan keempat sisi papan sehingga didapat ukuran panjang dan
lebar yang dipersyaratkan.
·
Penghalusan
permukaan papan
3.3 DIAGRAM ALIR
Gambar 6. Digram Alir
Prosedur Pembuatan Papan Partikel
Styrofoam
|
Dicuci&dikeringkan
Di Haluskan
|
Penyaringan
|
Serbuk Kayu
|
Serat Eceng Gondok
|
Dicuci
|
Dipotong 5 cm
|
Alat Unit Injeksi
|
Pengeringan
|
Resin Termoplastik
|
Dipanaskan
|
Dihaluskan
|
Dikeringkan
|
Blender
Drum
|
Ditimbang
|
Di dalam
Diaduk Homogen
|
Material Komposit
|
Cetakan
|
Dimasukan
Alat Kempa Panas
|
Pengempaan
----------- ----------10 Menit
Dikeluarkan
|
Didinginkan
|
----------Suhu Kamar
IV.
PEMBAHASAN
4.1 Uji Komposit
Pengujian
komposit dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk suatu penggunaan tertentu. Jenis pengujian
disesuaikan dengan kebutuhan, umumnya meliputi pengujian terhadap sifat fisis,
mekanis, serta thermal komposit.
Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik di dalam matriks.
Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik di dalam matriks.
Pada pengujian dilakukan
untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik papan partikel. Sifat-sifat
papan partikel yang dihasilkan kemudian akan dibandingkan dengan standar
industri yang berlaku, apakah papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi
perysaratan industri atau tidak, uji yang dilakukan adalah uji kadar air, kerapatan, keteguhan patah, kuat lentur (MOE),
dan kuat pegang sekrup.
4.1.1 Uji Kadar Air
Pengujian kadar air papan partikel bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar air dari papan partikel. Kadar air papan partikel
tergantung pada kondisi udara disekelilingnya, karena papan partikel ini
terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga bersifat
higroskopis. Kadar air mempengaruhi daya tahan papan partikel. Semakin rendah
kadar air maka daya tahan papan partikel akan semakin kuat. Kadar air papan
partikel akan semakin rendah dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan,
karena kontak antara partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit untuk
masuk diantara partikel kayu.
Kadar air papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama
pada semua standar, yaitu metode oven (metode pengurangan berat) selama 24 jam.
Sampel yang digunakan berukuran 5 cm x 5 cm. Contoh uji ditimbang terlebih
dahulu, kemudian direndam selama 24 jam dalam air dan setelah itu ditimbang
lagi.
Adapun besarnya kadar air dari papan partikel dihitung
dengan menggunakan persamaan :
Kadar air (%) = B 1 - B 2 B 2
x 100%
Ket :
B1 = Massa Awal (gr)
B2 = Massa Akhir (gr)
Kadar air papan partikel dipengaruhi oleh kadar perekat yang
digunakan. Sehingga dengan
bertambahnya kadar perekat maka kadar air papan partikel akan semakin
berkurang. Sebaliknya semakin rendah kadar air maka daya tahan papan partikel
akan semakin kuat.
4.1.2 Uji Kerapatan
Kerapatan adalah suatu ukuran
kekompakan suatu partikel dalam lembaran. Nilainya sangat tergantung pada
kerapatan serat digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama
proses pembuatan lembaran. Makin tinggi kerapatan papan pertikel yang akan
dibuat akan semakin besar tekanan yang digunakan pada saat pengempaan. Semakin
tinggi kerapatan papan partikel penyusunnya maka akan semakin tinggi sifat
keteguhan dari papan partikel yang dihasilkan
Sampel diukur panjang, lebar
dan tebalnya, dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm, kemudian dihitung volumenya, lalu
contoh uji ditimbang untuk menentukan beratnya. Kerapatan papan
partikel tidak dipengaruhi oleh kadar perekat yang digunakan melainkan
dipengaruhi selama proses pengempaan.
Nilai kerapatan papan partikel dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Kerapatan = B V
Ket :
B = Massa papan partikel (gr)
V = Volume papan partikel (cm3)
4.1.3 Uji Keteguhan Patah (MOR)
Keteguhan patah merupakan salah satu sifat mekanika papan
yang menunjukan kekuatan kayu. Sifat yang dimaksud adalah tingkat keteguhan
papan partikel dalam menerima beban tegak lurus terhadap permukaan papan
partikel. Pengujian keteguhan patah mengarah ke modulus patah atau Modulus of Rupture (MOR). Nilai MOR
dipengaruhi oleh kandungan dan jenis perekat yang digunakan, daya ikat perekat
dan panjang serat. Sehingga nilai keteguhan patah rata-rata papan partikel
semakin meningkat dengan bertambahnya kadar perekat.
Pengujian dilakukan sampai Sampel patah dengan alat
penguji, UTM dengan jarak sangga 15 cm. Contoh uji yang dipakai berukuran 20 cm
x 5 cm. Nilai modulus patah dipengaruhi oleh nilai kerapatan, semakin tinggi
nilai kerapatan maka semakin tinggi nilai modulus patahnya dan sebaliknya.
Nilai keteguhan patah papan partikel dapat dihitung
dengan :
MOR = 3 BS 2 l t 2
Ket :
MOR = Modulus of Rupture/modulus patah (kg/cm2)
B = Beban
maksimum (kg)
S = Jarak
Sangga (cm)
l = Lebar Contoh
Uji (cm)
t = Tebal Contoh
Uji (cm)
4.1.4 Uji Kuat Lentur (MOE)
Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha melengkungkan bahan atau menahan beban-beban mati maupun yang hidup
selain beban pukulan yang harus dipikul oleh bahan tersebut. Berdasarkan kuat
lentur papan partikel, dapat dikemukakan bahwa papan partikel dengan kadar
perekat lebih rendah, kekuatan lenturnya juga lebih rendah jika dibandingkan
dengan papan partikel yang kadar perekatnya tinggi. Dapat diketahui bahwa
kekuatan lentur papan partikel akan meningkat dengan meningkatnya kadar perekat
yang digunakan.
Kuat lentur papan partikel dihitung dengan menggunakan
persamaan :
MOR = S 3 ∆ B 4 l t 3 ∆ D
Ket :
MOE = Modulus of Elastisitas/Modulus Lentur
(kg/cm2)
∆D = Lenturan Pada Beban (cm)
S = Jarak
Sangga (cm)
l = Lebar Contoh
Uji (cm)
t = Tebal Contoh
Uji (cm)
4.1.5 Uji Kuat Pegang Sekrup
Kuat pegang sekrup papan partikel, dapat dikemukakan
bahwa papan partikel dengan kadar perekat lebih rendah kuat pegang sekrupnya
juga akan lebih rendah jika dibandingkan dengan papan partikel yang kadar
perekatnya tinggi. Maka kuat pegang sekrup papan partikel akan meningkat dengan
meningkatnya kadar perekat yang digunakan.
Pengujian kuat pegang sekrup dilakukan dengan memasang
sekrup pada arah tegak lurus permukaan dan sejajar permukaan serta dilakukan
pada keadaan kering saja. Pengujian tersebut dilakukan pada papan partikel yang
tebalnya di atas 3 mm dan panjang 13 mm dipasang pada permukaan sampel yang
berukuran 5 cm x 10 cm. Pengujian dilakukan dengan cara menarik sekrup tersebut
dari sampel sampai terlepas dengan alat uji universal. Nilai kuat pegang sekrup
merupakan beban maksimum saat sekrup tercabut dari sampel dalam kg.
4.1.6 Uji Pengembangan Tebal
Sifat pengembangan tebal papan partikel merupakan salah
satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit yang digunakan untuk
keperluan interior dan eksterior. Apabila pengembangan tebal suatu papan
komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah, sehingga
produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat
mekanisnya akan menurun dalam jangka waktu yang tidak lama.
Pengembangan tebal papan partikel ditetapkan setelah
contoh uji berukuran kecil yaitu sebesar
5 cm x 5 cm. Sampel diukur tebalnya (T1), lalu direndam dalam air dingin (suhu
kamar) secara horizontal kurang lebih 3 cm dibawah permukaan air atau setelah
direndam dalam air mendidih selama 24 jam. Setelah itu diukur kembali tebalnya
(T2). Cara pertama dilakukan terhadap papan partikel interior dan eksterior,
sedangkan cara kedua untuk papan partikel eksterior saja. Untuk papan partikel
eksterior, pengembangan tebal ditetapkan setelah direbus 3 jam, kemudian
dikeringkan dalam oven 100 °C sampai berat contoh uji tetap. Ada papan partikel
interior yang tidak diuji pengembangan tebalnya, misalnya tipe 100, sedangkan
untuk tipe 150 dan tipe 200 diuji pengembangan tebalnya. Menurut standar FAO,
pada saat mengukur pengembangan tebal ditetapkan pula penyerapan airnya
(absorbsi).
Pengembangan tebal menentukan penggunaan papan partikel
untuk keperluan interior atau eksterior. Apabila pengembangan tebalnya tinggi
maka stabilitas dimensi papan rendah dan tidak dapat digunakan untuk keperluan
eksterior atau untuk jangka lama. Besarnya pengembangan dimensi dihitung dengan
rumus:
Pengembangan Tebal (%) = T2-T1 T2
x 100%
Ket :
T1 = Tebal awal
(mm)
T2 = Tebal akhir
(mm)
4.1.7 Pengujian kuat tekan
Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari papan partikel yang
sudah mengeras. Tegangan tekan menunjukan arah kedua gaya mendekati ujung benda
(kedua gaya saling mendekati). Dengan kata lain benda tidak ditarik tetapi
ditekan (gaya-gaya bekerja di dalam benda). Perubahan bentuk benda yang
disebabkan oleh tegangan tekan dinamakan mampatan. Tiang-tiang yang menopang
beban, seperti tiang bangunan mengalami tegangan tekan. Pada prinsipnya
aplikasi kekuatan tekan berfungsi untuk menahan gaya-gaya yang akan bekerja
pada papan partikel diantaranya adalah gaya horisontal dan gaya vertikal.
Pengujian dilakukan setelah papan partikel telah mengeras lalu ditimbang
untuk mendapatkan data berat papan dalam keadaan kering. Papan partikel ditaruh
ke dalam mesin uji desak yang diletakkan secara vertikal untuk diperlakukan
dengan tekanan yang dinaikkan secara berangsur-angsur dengan kecepatan
0.05”/menit tiap detik, pembebanan dilakukan sampai papan partikel tidak kuat
lagi menahan tekanan. Dan dari itu lah dapat dinilai kelayakan suatu papan
partikel.
V.
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penulisan ini adalah :
1.
Komposit dari styrofoam
dan serat eceng gondok dapat diolah menjadi papan partikel dengan kualitas
yang baik.
2.
Serat eceng gondok dapat bermanfaat sebagai penguat (filler) pada pembuatan papan partikel.
3.
Limbah Styrofoam dan
serbuk kayu dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat
menjadi prospek bisnis papan partikel yang menguntungkan
4.
Styrofoam
setelah diolah menjadi resin termoplastik dapat bermanfaat sebagai perekat
5.2 Saran
1.
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
jenis serat yang berbeda atau perekat yang berbeda sehingga diperoleh papan
partikel yang mempunyai sifat fisis dan mekanisme yang lebih baik.
2.
Disarankan teknologi
sederhana ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat sekitar danau yang mempunyai
potensi eceng gondok.
3.
Diharapkan dengan penerapan
teknologi ini dapat membantu pendapatan masyarakat sekitar dan mendukung kebersihan
dan kelestarian pemukiman penduduk dekat area pembuangan sampah
4.
Diharapkan kegiatan ini nantinya akan menjadi proyek yang
lebih menguntungkan secara ekonomis di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, M.A. 2008. Karakterisasi Komposit Enceng Gondok Dengan
Variasi Panjang Serat (50 mm, 100 mm, 150 mm) dengan Matriks Polyester [skripsi].
Surakarta: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Mesin Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Anies. 2009. Bahaya
“Kresek” dan Kemasan Styrofoam. [terhubung berkala]. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/23/73483/Bahaya-Kresek-dan-Kemasan-Styrofoam .[20 Maret 2010]
Cativiela, C.; J. M.
Fraile; J. I. GarcĂa; J. A. Mayoral. 2006. “A
new titanium-silicacatalyst for Chanda M, Roy SK. Plastic
Technology Handbook. CRC Press : London, New York.
Halim HS, Amin
MB,Maadhah AG. eds. 1992. Handbook of Polymer Degradation. Marcell
Dekker : New York
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan : Bogor
Haryanti, Sri et.al.
tt. 2006. Adaptasi Morfologi Fisiologi
dan Anatomi Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes (Mart)Solm) di Berbagai Perairan Tercemar. Universitas
Dipenogoro : Semarang
Krissetiana, A. Bahaya
Pengemasan makanan yang Tidak Cocok.[terhubung berkala]. http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/02/ragam3.htm. [1 Maret 2010]
Kuryla WC, Papa AJ.
eds. 1973. Flame Retordancy of Polymeric Materials. Vol Marcell Dekker : New York
Muladi, S. 2001. Kajian Eceng Gondok sebagai Bahan Baku
Industri dan Penyelamat Lingkungan Hidup di Perairan. Prosiding Seminar
Nasional IV Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) : Samarinda
Setyawaty, D.
2003. Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur
Ulang : Teknologi Alternatif
Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik, http://tumoutou.net/702_07134/dina_setyawati.htm
Winarno, FG. 2001. Residu "Styrofoam" Semakin Berbahaya bagi Kesehatan. Koran Kompas.
edisi Kamis, 13 September 2001.hal:11
BIODATA PENULIS
1. Judul Kegiatan : Pemanfaatan Limbah Styrofoam
dan Limbah Serbuk
Kayu Dengan Penambahan Serat Eceng Gondok
Sebagai Material Komposit Dalam Pembuatan
Papan
Partikel
1. Bidang Kegiatan : KARYA TULIS
KREATIF-GAGASAN TERTULIS
2. Penulis
a. Nama Lengkap : Yeni Raini, S.Pd
b. Alumni :
Universitas Bengkulu ‘07
c. Fak/Jurusan : FKIP/Pend. Kimia
d. Alamat Rumah : Jl. Sekolahan No.
1938 RT/RW. 032/007 Kel. Pipa
Reja Kec. Kemuning, Palembang Sumatera
Selatan.
e. Telepon : 0852 6835
3503